Butoh, Tarian Unik Tanpa Busana Asal Jepang yang Sarat akan Makna
Kali ini kita mambahas sesuatu yang memang tanpa busana tetapi tidak termasuk ke dalam pornografi atau yang berkaitan dengan itu.
Istilah 'Butoh' boleh jadi terdengar asing untuk suatu budaya kontemporer tetapi jika kamu pecinta budaya Jepang, wajib tahu seni pertunjukkan yang satu ini.
Sejarah Butoh
Butoh adalah seni pertunjukkan berupa tarian kontemporer asal Jepang yang diperagakan tanpa busana dipenuhi oleh gerakan-gerakan yang tidak lazim.
Sebelum dipopulerkan, butoh merupakan tari radikal yang muncul seusai Perang Dunia II sebagai bentuk protes yang ada di Jepang yang dipertunjukkan pada saat demonstrasi.
Pengenalannya dipelopori oleh Tatsumi Hijikata, seorang penari dan koreografer Jepang yang mempelajari tari modern secara tidak langsung.
Sebelum dikenal sebagai butoh, Ia memulai karyanya dengan nama ‘Kinjiki’ (warna terlarang) pada tahun 1959, berdasarkan novel yang ditulis oleh Yukio Mishima dan novelnya sendiri terbit tahun 1951.
Dari karyanya ini kemudian lambat laun ‘Butoh’ lahir menjadi satu gaya tari kontemporer baru.
Gerakan dan Pakaian Tari Butoh
Tarian Butoh tidak memiliki pola yang tetap dan berbeda tergantung penari serta tema yang dibawakan.
Gerakannya mengambil konsep “menggali estetika dalam keterpurukkan” dan setiap gerakannya merupakan antitesis dari setiap tari yang pernah kita temui sampai saat ini.
Jika di umpamakan, gerakan tarian butoh ini adalah pengingkaran dari tarian itu sendiri.
Butoh melawan segala bentuk ekspresi keindahan yang terdapat pada tari balet dan tari modern lainnya.
Ketika tari balet mempertunjukkan kelenturan dan lekuk yang dipadukan dalam keindahan pada setiap bentuk gerakan, butoh sendiri memperagakan bentuk remuk seorang penari sampai menggambarkan penderitaan.
Tubuh seorang penari butoh dibentuk seremuk mungkin pada setiap gerak tariannya, membebaskan dirinya dari setiap aturan tari, pola teratur yang menuntut keindahan terstruktur.
Jadi intinya gerakan tarian ini terserah penari butohnya, dia bebas bergerak seremuk apapun, seburuk apapun dalam menyampaikan pesan yang dibawakan.
Beberapa gerakan yang diperlihatkan yaitu seperti terjatuh, lalu kembali bangun, tubuh kejang-kejang, menggeliat, memberikan gambaran dari tubuh manusia yang sakit dengan kondisi zaman tapi tak ada kuasa untuk menolak.
sumber: charlotteelmravn.com |
Sebuah bentuk ketidakberdayaan manusia dalam melawan kekejaman zaman.
Hal ini sesuai jika menurut sejarah Jepang, yaitu pemboman kota Nagasaki dan Hiroshima pada tahun 1945 di Perang Dunia ke II yang telah memakan banyak korban jiwa.
Jepang mengalami kekalahan dan tragedi “menyakitkan” itu tak akan pernah dilupakan generasi masyarakat Jepang selanjutnya bahkan sampai saat ini ingatan itu masih ada.
Umumnya makna Butoh selalu menguak, kesakitan bahkan kematian akibat peristiwa tersebut, dengan menyampaikan isu kemanusiaan seheroik mungkin.
sumber: vangeline.com |
Pakaian penari butoh ini bisa terbilang disesuaikan tergantung pada tema dan pesan yang disampaikan serta jenis kelamin penari.
Rata-rata dibawakan oleh laki-laki yang hanya menggunakan kain penutup di area organ vital lalu sekujur badan diberi bedak putih yang menggambarkan ‘kepolosan’.
Busana yang digunakan dibuat seminim mungkin bermaksud agar pesan yang disampaikan dapat ditangkap oleh penonton.
Karena sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, tarian ini mengeksplorasi bentuk tubuh sedetail dan seradikal mungkin dengan gerakan yang sangat tak lazim.
Sekilas memang gerakannya tak masuk akal tetapi justru memberikan kesadaran pada mereka yang menyaksikannya bahwa tubuh manusia yang kompleks, ternyata bisa menjadi fleksibel yang mampu menyampaikan segala macam rasa, dengan estetika yang mengejutkan, tetapi memiliki makna yang mendalam.
Post a Comment for "Butoh, Tarian Unik Tanpa Busana Asal Jepang yang Sarat akan Makna"