Festival Kembang Api Rahasia Berlangsung di Seluruh Jepang: Bangkitkan Semangat selama Krisis Coronavirus
Seiring dengan awan cumulonimbus yang menjulang tinggi dan jangkrik berkicau, kembang api adalah elemen ikon musim panas Jepang.
Pada tahun yang normal, festival kembang api yang tak terhitung jumlahnya, mulai dari acara besar yang menarik ratusan ribu penonton hingga pertemuan kecil setempat, berlangsung di seluruh negeri.
2020, bagaimanapun, berubah menjadi tahun yang berbeda.
コロナの悪疫退散を祈願した花火が、先程全国一斉に打ち上げられました。密を避けるために事前情報なし、クラファンや後援も無しで花火師さんたちの持ち出しだそうです。小さい花火かと思ってたら、最後は大輪の花が咲きました。見事に見切れちゃったけど、心意気が嬉しい。#cheeruphanabi #花火 pic.twitter.com/LC45m24X9p— 別所隆弘 / Takahiro Bessho (@TakahiroBessho) June 1, 2020
Walaupun keadaan resmi coronavirus resmi telah dicabut di sebagian besar wilayah Jepang, takut akan bisrus corona nyatanya masih membuat orang menghindari keramaian, yang telah menyebabkan pembatalan hampir setiap festival kembang api.
Banyak orang terkejut pada Senin malam ketika mereka tiba-tiba melihat adegan seperti ini.
Sekitar 160 perusahaan pembuat kembang api memutuskan untuk meluncurkan apa yang mereka sebut Cheer!
Hanabi Project (hanabi menjadi kata Jepang untuk “kembang api”), menerangi langit malam serentak di berbagai lokasi di seluruh Jepang.
新型コロナウイルス収束を願う「全国一斉悪疫退散花火」広島の夜空を照らす!さきほど午後8時から約5分間、呉ポートピアパークと太田川で花火が打ち上げられました!ちゅピCOMは6月4日午前11時からの #ちゅピCOM SPORTS&LIFE で花火の準備と本番の様子をお届け!#ちゅピCOMスポライ#広島花火 pic.twitter.com/9LO4vNr9Jr— ちゅピCOM (@chupicom_group) June 1, 2020
Proyek itu dirahasiakan dengan dijaga keta , dengan laporan inisiatif itu sendiri hanya beredar dan mendapat perhatian sehari sebelum acara.
Bahkan kemudian, lokasi tertentu tidak terungkap sebelum kembang api diluncurkan, membantu menjaga ukuran kerumunan kecil sementara masih membiarkan penduduk setempat menikmati pertunjukan.
Kembang api di Jepang sudah ada sejak zaman dulu.
Kembali pada abad ke-18, Tokugwa Yoshimune, delapan shogun dari keshogunan Tokugawa, memerintahkan pertunjukan kembang api di atas Sungai Sumidagawa di Tokyo untuk menenangkan jiwa-jiwa orang mati dan meningkatkan semangat hidup ketika Jepang alami tragedi kelaparan dan epidemi kolera.
Sumber: SoraNews24